Selasa, 16 Oktober 2012

Merajut Keluarga Harmonis Dengan Silaturrahmi


 Oleh: Abdul Rohim (Pringsewu)

Ketidakharmonisan dalam keluarga sering kita saksikan dalam fenomena kehidupan masyarakat. Seorang kakak berseteru dengan adiknya dengan tidak saling tegur dan sapa, seorang anak menjauhi orang tuanya, suami istri sering terlibat percekcokan yang tak kunjung berakhir. Penyebab timbulnya bermacam-macam seperti karena masalah harta warisan, perbedaan pandangan baik dalam bidang agama, madzhab, ekonomi, politik dan lain sebagainya.


Ketidak harmonisan dalam keluarga berdampak pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara karena keluarga merupakan institusi kecil dalam bangunan tersebut. Ketika rapuh bangunan terkecil tersebut maka  sebuah negara akan begitu mudah diruntuhkan.

Itulah kenapa, Islam begitu memperhatikan tentang kehidupan keluarga ini. Bahkan Nabi mengisyaratkan agar menjadikan keluarga sebagai surga bagi penghuninya. Baitii jannatii (rumahku adalah surgaku) begitulah jawaban nabi ketika ditanya para sahabat perihal keluarganya. Bukankah surga merupakan simbol kenyamanan yang didambakan setiap orang? Bukankah surga adalah sebaik-baiknya tempat kembali?.
Kenyamanan tidak akan diperoleh bila dalam keluarga tersebut tidak ada keharmonisan. Indikator disharmoni ini adalah saling cekcok, saling membenci, saling mendiamkan, saling mencurigai dan lain sebagainya.

Simbol yang cocok bagi keluarga yang tidak harmonis ini, keluarga ibarat neraka bagi kehidupan nya. Dirumah selalu ada bara api yang siap menghanguskannya sehingga mereka merasa tidak aman dan nyaman. Implikasi nya, mereka menjauhi rumah tersebut dan mencari tempat yang membuatnya bisa untuk berteduh.

Silaturrohmi Pada Momentum Syawal

Fenomena disharmonisasi keluarga ini, jangan dibiarkan berlarut-larut sehingga mencapai titik kulminasi  yang tidak diharapkan yaitu disintegrasi (perpecahan)  keluarga. Perlu dirajut kembali benang-benang yang sudah hampir bercerai berai tersebut. Cara merajutnya adalah dengan silaturrohmi ( menjalin hubungan kasih sayang ) yaitu saling mengunjungi dan bermaaf-maafan.

Yang paling cocok merajut silaturrohmi adalah pada momentum syawal ini, Selain telah menjadi sebuah budaya dalam masyarakat kita, pun agama sangat menganjurkannya. Bukankah untuk kembali kepada kesucian ibarat bayi yang baru lahir, kita perlu meminta maaf terhadap dosa yang berhubungan dengan haqun adamiyun ? Namun, perlu dipahami bahwa bukan berarti hanya pada momentum syawal saja silaturrohmi ini dilakukan, karena silaturrohmi tidak dibatasi ruang dan waktu. 

Silaturrohmi merupakan anjuran yang berkorelasi dengan keimanan seseorang. Bila terjadi ketidakharmonisan dalam keluarga, maka seorang mukmin dianjurkan untuk secepatnya merajut kembali hubungan tersebut. sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW  Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah menyambung keluarga (silaturahmi).” (HR. Bukhari)

Bahkan, lebih jauh ditegaskan dalam Al-qur’an bahwa ketidakharmonisan dalam keluarga yaitu dengan memutuskan hubungan kekeluargaan adalah perbuatan yang dilaknat oleh Allah swt, ditulikan telinga dan dibutakan penglihatan mereka (QS. Muhammad; 22-23), selain itu, ditempatkan oleh Allah swt pada seburuk-buruknya tempat (Su’uddzar) yaitu neraka Jahanam (QS.Arra’d : 25).

Silaturrohmi membawa rahmat

Kenapa bisa demikian? Karena banyak hikmah yang terkandung didalamnya. Dengan silaturrahmi akan timbul kedekatan, keakraban, saling mengerti dan memahami, bahu membahu dan sebagainya sehingga proses kehidupan akan berjalan dengan baik, dipenuhi dengan ketentraman dalam menjalaninya.

Selain itu, rezeki pun akan mudah didapatkan karena ada komunikasi yang baik dan jaringan luas yang telah dibangun. Karenanya, dalam sebuah hadis nabi salah satu manfaat silaturrohmi adalah diperluas rezekinya. Lebih lanjut nabi menyatakan,“Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus keluarga.“(HR. Bukhari) .

Dari sini, bisa dipahami bahwa ada korelasi negatif  bila kita memutuskan silaturrohmi. Ketika kita menjauhi orang lain, bagaimana mungkin rahmat Allah swt itu akan mendekat?. 

Kita bisa belajar dari kisah nabi Nuh AS, bagaimana anaknya Qan’aan ditenggelamkan oleh Allah swt dalam air bah yang mengerikan. Ketika nabi Nuh berusaha ingin menjalin silaturrohmi dengan memanggil anaknya untuk naik ke perahu nya, Qan’aan menolak. Penolakan ini merupakan bentuk pemutus hubungan kekeluargaan. Karenanya, Qan’aan ditenggelamkan dalam air bah tersebut dengan membawa kekafiran dan kesombongan nya. 

Semakin jelas bagi kita, bahwa memutuskan silaturrohmi tidaklah ada manfaat nya sama sekali, bahkan mendatangkan azab dari Allah swt.

Bila kita menginginkan rahmat Allah swt datang kepada kita, jangan sekali-kali kita memutuskan hubungan kekeluargaan. Kita pun tidak boleh malu untuk lebih dahulu bersilaturrohmi kepada keluarga kita. Mengunjunginya dan meminta maaf lebih dahulu. Itulah yang dicontohkan nabi, walaupun beliau disakiti, namun beliaulah pertama kali yang mengunjunginya ketika yang menyakitinya tersebut dalam keadaan sakit. 

Alhasil, seandainya silaturrohmi ini telah mendarah daging dalam kehidupan keluarga kita, maka keluarga kita akan menjadi keluarga yang harmonis yaitu keluarga yang dipenuhi kasih sayang, saling mengerti dan memahami hak dan kewajiban, saling menghormati dan menghargai sehingga kedamaian dalam keluarga pun tercipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar