Minggu, 14 Oktober 2012

Makna Silaturrohmi Lebaran (2012 )


Oleh : Abdul Rohim
(Pringsewu, 21.08.2012) pkl .18.36 WIB

Suasana lebaran selalu menyajikan keadaan yang sama. Dikabupaten pringsewu, kita dapat menyaksikan keramaian hilir mudiknya orang-orang memenuhi jalanan baik di jalan kampung maupun diperkotaan. Pintu-pintu rumah yang terbuka lebar -tampak dari luar berbagai macam kue disajikan- menandakan hati yang terbuka untuk saling berbagi. Menerima dan memberi kata maaf di idul fitri.



Terlihat kesumeringahan wajah-wajah mereka. Dibalut dengan baju baru membuat mereka tampak berbeda, lebih bersih dan rapi dibandingkan hari selain lebaran. Dikatakan berbeda Karena profesi yang bermacam-macam. Keseharian mereka ada yang kerja diteriknya matahari, ada juga yang kerja didalam ruangan, ada yang kerja ditempat yang bersih dan ada juga ditempat yang kotor.

Lebaran kali ini bersamaan dengan musim kemarau, terik matahari seakan membakar wajah ceria itu, Debu-debu berterbangan, menempel pada pakaian baru mereka, menyesakan pernapasan. Namun tidak menyurutkan gerak langkah untuk bersilaturrohmi.

Silaturrohmi selepas sholat ied, merupakan anjuran agama dan telah menjadi rutinitas tahunan. Menjelma menjadi budaya yang tidak terpisahkan bagi masyarakat Indonesia. Itulah kenapa, banyak orang mudik ke kampung halaman yang sering di-identik-an dengan silaturohmi.

Dalam bahasa arab silaturrohmi berasal dari dua kata yaitu ‘silah’ yang berarti menghubungkan dan ‘rohmi’ yang berarti kasih sayang. Jadi, silaturrohmi adalah menghubungkan kasih sayang. Berkaitan dengan mudik, maka silaturrohmi berarti menghubungkan kembali kasih sayang yang telah terjalin selama ini, yang sempat terputus karena berbagai kepentingan seperti karena pekerjaan atau -pendidikan.

Silaturohmi dalam suasana lebaran ditandai dengan saling mengunjungi, bersalaman dan bermaaf-maafan. Hal ini didasari bahwa syarat ‘taubah’ adalah selain meminta ampun kepada Allah swt, pun harus meminta maaf berkaitan dengan ‘haqun adamiyun’. Bila kesalahan yang berhubungan dengan sesama manusia ini terpenuhi dengan saling memaafkan maka diakhirat kelak tidak akan saling menuntut. Hal ini sebagaimana termaktub dalam hadis nabi, ketika nabi bertanya kepada para sahabatnya tentang siapakah orang yang rugi itu( Muflis) ? Para sahabatnya menjawab ; orang yang rugi adalah yang bangkrut dari perdagangannya, namun nabi dengan tegas mengatakan bahwa orang yang rugi adalah orang yang amal kebaikannya habis diambil oleh orang lain karena ulahnya di dunia yang sering merugikan orang lain.

Tentu kita sangat menyayangkan sekali bila dalam suasana yang penuh kasih sayang ini, di isi dengan perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain. Kita masih saja menyaksikan lebaran tahun ini - seperti yang diberitakan dalam media – insiden saling menyerang, menghancurkan, membakar rumah dalam tawuran yang sama sekali tidak ada gunanya. Sungguh perbuatan yang dipenuhi nafsu amarah, mengalahkan logika dan hati sebagai anugerah besar yang diberikan oleh Allah swt kepada manusia.

Rasa kasih sayang pun dikotori oleh sikap ‘ugal-ugalan’ di jalan dalam berkendaraan. Seolah-olah tidak ada hak orang lain menggunakan jalan tersebut. Tidak memikirkan bahwa kecelakaan yang terjadi disebabkan karena ulahnya. Yang tertib berlalu lintas pun terkena dampaknya.

Budaya ‘jedar-jedor’ pun seakan menjadi budaya yang benar. Alih-alih untuk memeriahkan ternyata merugikan bukan saja bagi dirinya, namun bagi orang lain. Sudah banyak cerita duka yang disebabkan petasan ini. Tangan yang hancur, rumah yang terbakar, lingkungan yang merasa terganggu karena gelegar suaranya merupakan bukti bahwa tidak ada manfaat sama sekali melestarikan budaya ini.

Seharusnya lebaran dijadikan sebagai pengikat rindu, pembuka hati dan penebar kasih sayang. Perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain tentu menyalahi dan mengotori esensi lebaran. Bersilaturohmi, jangan sampai dikotori oleh sifat keangkuhan, kesombongan, riya’ dan sifat-sifat kotor hati lainnya.

Lebaran adalah proses kembalinya kita pada kesucian diri, setelah sebulan berpuasa dan ditempa dalam ibadah-ibadah lainnya. Selayaknya menjadikan kita lebih baik dalam mengarungi kehidupan di hari-hari selanjutnya. Itulah makna puasa yang sebenarnya. Puasa kita yang berhasil. Puasa kita yang bukan hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Semoga.

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1433 H
MOHON MAAF LAHIR BATIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar