Selasa, 16 Oktober 2012

Merawat Cinta dan Sayang


  By : Abdul Rohim (17/08/2012) pukul 05.30)

Dalam redaksi ayat alqur’an, digunakan kata ‘ja’ala’ untuk meyatakan cinta dan sayang. Kata ‘ja’ala’ yang berarti menjadikan merupakan sebuah proses. Cinta dan sayang adalah sebuah proses dimana keduanya bisa tumbuh berkembang , surut dan bahkan hilang. Berbeda bila arti menjadikan itu untuk sesuatu yang pasti dan tidak bisa dirubah.  Alqur’an menyatakan dengan kata ‘kholaqo’. Misal ‘kholaqo samawati wal ard’ Menjadikan langit dan bumi. ‘Kholako lakum min anfusikum azwaja’ menjadikan dari sejenismu pasangan-pasangan 


Membangun keluarga bertujuan untuk mewujudkan cinta dan sayang sehingga terciptanya ketenangan lahir dan batin. Dalam hal ini, Islam menamakan nya sebagai keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Sebagaimana firman Allah swt ;

 ‘Di antara tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah adalah Dia menciptakan dari sejenismu pasangan-pasangan agar (kamu) masing-masing memperoleh ketenteraman dari (pasangan) nya, dan dijadikannya diantara kamu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.’(surat ar-Rum/30:21)

Ayat diatas, menganjurkan kepada keluarga untuk merawat cinta dan sayang. Cinta adalah perasaan hati untuk mengenali dan memahami sehingga dia berusaha menghadirkan kebahagiaan kepada pasangan. Sedangkan Sayang adalah perasaan hati untuk selalu memberikan yang terbaik kepada pasangan. Dengan cinta dan sayang, akan muncul rasa aman karena pasangan bisa saling berbagi dan melindungi, saling memahami dan mempercayai. Kemudian terciptalah kedamaian, kenyamanan  dan ketentraman (sakinah) dalam berkeluarga.

Karena cinta dan sayang berkaitan dengan hati, dimana hati sering tidak stabil, terkadang sedih dan gembira, suka dan benci. Dalam bahasa arab hati dituturkan dengan kata ‘al-qolbu’ yang berarti inqolaba-yanqolibu (Bolak-balik, berpindah-pindah). Pada kenyataanya, hati manusia sering tidak menentu. Detik ini mengatakan tidak, pada detik yang lain mengatakan iya, hari ini setuju pada hari yang lain menyatakan tidak setuju dan seterusnya. Oleh karena itu,  hati ini perlu dirawat dan dijaga sehingga tumbuh berkembang sesuai yang diharapkan. Ibarat bunga, dia akan tumbuh mekar indah bila dirawat sepenuh hati, dia memerlukan air untuk bisa berkembang, dia membutuhkan pupuk agar tumbuh subur.

Sebagaimana diketahui bahwa Proses awal membangun keluarga adalah dengan pernikahan. Prosesi ini bisa dilaksanakan bila ada kesepakatan antara calon pengantin. Kesepakatan itu tercipta karena ada cinta dihati mereka berdua. Namun, waktu yang akan menjawabnya, apakah bangunan awal  yang berupa cinta itu akan tetap kokoh ataukah roboh?.

Pernikahan adalah untuk menciptakan keluarga bahagia yang kekal  berdasarkan nilai-nilai ketuhanan (agama). Untuk mewujudkan itu, kehidupan keluarga perlu dirawat dengan disirami oleh air cinta, dan akan tumbuh berkembang dengan baik bila dipupuk dengan kasih sayang. 

Bagaimana cara merawatnya? Untuk menjawab pertanyaan ini, setiap keluarga mempunyai kiat-kiat tersendiri. Patutlah dicontoh bagaimana nabi Muhammad SAW membangun keluarganya. Beliau selalu merawatnya dengan sepenuh hati sehingga ketika suatu hari Aisyah ditanya tentang kehidupan rumah tangganya bersama rosululloh SAW, beliau menjawab : "Kaana kullu amrihi ajaba…"(Ah…semua perilakunya indah…").

Apa yang dilakukan rosululloh SAW? Ketika didesak untuk menceritakan satu saja perilaku Rasul yang paling mempesona dirinya, Aisyah kemudian mengisahkan bagaimana Rasul yang mulia itu bangun di tengah malam dan meminta izin kepada Aisyah untuk shalat malam. "Izinkan aku menyembah Tuhanku," ujar Rasulullah SAW kepada isterinya, Aisyah. Bayangkan, sampai untuk shalat malam saja Rasulullah merasa perlu meminta izin isterinya. Di situ berhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan dan penghormatan. 

Merawat cinta dan sayang adalah dengan saling berbagi dikala sempit dan lapang. Disinilah, perlu ditanamkan untuk saling memberi kebahagiaan bukan mengambil bahkan menuntut . Jangan harap cinta dan sayang tumbuh bila dalam keluarga selalu dipenuhi kebencian, kemarahan dan saling mencurigai.

Membangun komunikasi yang baik 

Keretakan dalam rumah tangga disebabkan karena bentuk komunikasi yang kurang baik antara suami dan istri. Bisa jadi hal ini karena kesibukan pasangan tersebut. Modernisme menuntut semua orang untuk aktif mengejar materi, bila tidak maka akan sulit beradaptasi terhadap pemenuhan kebutuhan hidup. Seorang suami, bekerja dari pagi bisa pulang larut malam, begitupun sebaliknya seorang istri yang bekerja. Ataupun bila istrinya tidak bekerja, maka komunikasi yang intens pun jarang terjadi. Belum lagi, bila tempat bekerjanya mengharuskan lembur atau bepergian keluar kota tentu akan menambah kurangnya komunikasi dalam keluarga.

Komunikasi yang kurang baik pun bisa muncul karena ketidak mengertian pasangan. Ketika muncul masalah, mereka tidak berani untuk mengungkapkan nya. Mereka cenderung diam dan menyimpan rapat masalah tersebut. Sehingga masalah kecil seperti ini akan mencuat kepermukaan bila menemukan waktu yang paling tepat. Ketika suami istri tidak sanggup lagi mengontrol emosi nya, disitulah akan terkuak masalah-masalah kecil yang terpendam tadi. 

Disinilah, perlu bagi pasangan menyikapinya dengan bijak. Kesibukan bukan berarti harus memutus komunikasi. Masalah baik yang kecil maupun besar pasti bisa diselesaikan. Jangan berikan ruang kosong bagi masalah kecil itu sehingga menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Seharusnya kita untuk memahami dan mengaktualisasikan perintah Allah SWT dalam alqur’an. Allah SWT telah me-nas-kan supaya mengkomunikasikan setiap urusan ( wa syawirhum fil amri ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar