By : Abdul Rohim (17/08/2012) pukul 05.30)
Dalam
redaksi ayat alqur’an, digunakan kata ‘ja’ala’ untuk meyatakan cinta dan
sayang. Kata ‘ja’ala’ yang berarti menjadikan merupakan sebuah proses. Cinta
dan sayang adalah sebuah proses dimana keduanya bisa tumbuh berkembang , surut
dan bahkan hilang. Berbeda bila arti menjadikan itu untuk sesuatu yang pasti
dan tidak bisa dirubah. Alqur’an
menyatakan dengan kata ‘kholaqo’. Misal ‘kholaqo samawati wal ard’ Menjadikan
langit dan bumi. ‘Kholako lakum min anfusikum azwaja’ menjadikan dari sejenismu
pasangan-pasangan
Membangun
keluarga bertujuan untuk mewujudkan cinta dan sayang sehingga terciptanya
ketenangan lahir dan batin. Dalam hal ini, Islam menamakan nya sebagai keluarga
yang sakinah mawaddah warohmah. Sebagaimana firman Allah swt ;
‘Di antara tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan
Allah adalah Dia menciptakan dari sejenismu pasangan-pasangan agar (kamu)
masing-masing memperoleh ketenteraman dari (pasangan) nya, dan dijadikannya
diantara kamu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.’(surat ar-Rum/30:21)
Ayat
diatas, menganjurkan kepada keluarga untuk merawat cinta dan sayang. Cinta
adalah perasaan hati untuk mengenali dan memahami sehingga dia berusaha
menghadirkan kebahagiaan kepada pasangan. Sedangkan Sayang adalah perasaan hati
untuk selalu memberikan yang terbaik kepada pasangan. Dengan cinta dan sayang,
akan muncul rasa aman karena pasangan bisa saling berbagi dan melindungi,
saling memahami dan mempercayai. Kemudian terciptalah kedamaian,
kenyamanan dan ketentraman (sakinah) dalam
berkeluarga.
Karena
cinta dan sayang berkaitan dengan hati, dimana hati sering tidak stabil,
terkadang sedih dan gembira, suka dan benci. Dalam bahasa arab hati dituturkan
dengan kata ‘al-qolbu’ yang berarti inqolaba-yanqolibu (Bolak-balik,
berpindah-pindah). Pada kenyataanya, hati manusia sering tidak menentu. Detik
ini mengatakan tidak, pada detik yang lain mengatakan iya, hari ini setuju pada
hari yang lain menyatakan tidak setuju dan seterusnya. Oleh karena itu, hati ini perlu dirawat dan dijaga sehingga
tumbuh berkembang sesuai yang diharapkan. Ibarat bunga, dia akan tumbuh mekar
indah bila dirawat sepenuh hati, dia memerlukan air untuk bisa berkembang, dia
membutuhkan pupuk agar tumbuh subur.
Sebagaimana
diketahui bahwa Proses awal membangun keluarga adalah dengan pernikahan.
Prosesi ini bisa dilaksanakan bila ada kesepakatan antara calon pengantin.
Kesepakatan itu tercipta karena ada cinta dihati mereka berdua. Namun, waktu
yang akan menjawabnya, apakah bangunan awal
yang berupa cinta itu akan tetap kokoh ataukah roboh?.
Pernikahan
adalah untuk menciptakan keluarga bahagia yang kekal berdasarkan nilai-nilai ketuhanan (agama).
Untuk mewujudkan itu, kehidupan keluarga perlu dirawat dengan disirami oleh air
cinta, dan akan tumbuh berkembang dengan baik bila dipupuk dengan kasih sayang.
Bagaimana
cara merawatnya? Untuk menjawab pertanyaan ini, setiap keluarga mempunyai
kiat-kiat tersendiri. Patutlah dicontoh bagaimana nabi Muhammad SAW membangun
keluarganya. Beliau selalu merawatnya dengan sepenuh hati sehingga ketika suatu
hari Aisyah ditanya tentang kehidupan rumah tangganya bersama rosululloh SAW,
beliau menjawab : "Kaana kullu amrihi
ajaba…"(Ah…semua perilakunya indah…").
Apa yang dilakukan rosululloh SAW? Ketika didesak untuk
menceritakan satu saja perilaku Rasul yang paling mempesona dirinya, Aisyah
kemudian mengisahkan bagaimana Rasul yang mulia itu bangun di tengah malam dan
meminta izin kepada Aisyah untuk shalat malam. "Izinkan aku menyembah
Tuhanku," ujar Rasulullah SAW kepada isterinya, Aisyah. Bayangkan, sampai
untuk shalat malam saja Rasulullah merasa perlu meminta izin isterinya. Di situ
berhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan dan penghormatan.
Merawat
cinta dan sayang adalah dengan saling berbagi dikala sempit dan lapang. Disinilah,
perlu ditanamkan untuk saling memberi kebahagiaan bukan mengambil bahkan
menuntut . Jangan harap cinta dan sayang tumbuh bila dalam keluarga selalu
dipenuhi kebencian, kemarahan dan saling mencurigai.
Membangun komunikasi yang baik
Keretakan dalam rumah tangga
disebabkan karena bentuk komunikasi yang kurang baik antara suami dan istri.
Bisa jadi hal ini karena kesibukan pasangan tersebut. Modernisme menuntut semua
orang untuk aktif mengejar materi, bila tidak maka akan sulit beradaptasi
terhadap pemenuhan kebutuhan hidup. Seorang suami, bekerja dari pagi bisa
pulang larut malam, begitupun sebaliknya seorang istri yang bekerja. Ataupun
bila istrinya tidak bekerja, maka komunikasi yang intens pun jarang terjadi.
Belum lagi, bila tempat bekerjanya mengharuskan lembur atau bepergian keluar kota tentu akan menambah
kurangnya komunikasi dalam keluarga.
Komunikasi yang kurang baik pun bisa
muncul karena ketidak mengertian pasangan. Ketika muncul masalah, mereka tidak
berani untuk mengungkapkan nya. Mereka cenderung diam dan menyimpan rapat
masalah tersebut. Sehingga masalah kecil seperti ini akan mencuat kepermukaan
bila menemukan waktu yang paling tepat. Ketika suami istri tidak sanggup lagi
mengontrol emosi nya, disitulah akan terkuak masalah-masalah kecil yang
terpendam tadi.
Disinilah, perlu bagi pasangan
menyikapinya dengan bijak. Kesibukan bukan berarti harus memutus komunikasi.
Masalah baik yang kecil maupun besar pasti bisa diselesaikan. Jangan berikan
ruang kosong bagi masalah kecil itu sehingga menjadi bom waktu yang bisa
meledak kapan saja. Seharusnya kita untuk memahami dan mengaktualisasikan
perintah Allah SWT dalam alqur’an. Allah SWT telah me-nas-kan supaya
mengkomunikasikan setiap urusan ( wa syawirhum fil amri ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar