Senin, 22 Oktober 2012

Bila Orang Lain Mendapat Kegembiraan


Oleh : Abdul Rohim ( 21/10/2012)

Manusia mempunyai  sifat iri yang dalam bahasa agama dikategorikan penyakit hati. Karena penyakit, tentu tidak baik untuk kesehatan hati. Harus diobati yaitu dengan dikelola secara baik sehingga  melahirkan kemaslahatan.


Sebagaimana diketahui, bahwa hati merupakan pondasi utama dalam berinteraksi dengan kehidupan. Baik buruknya kelakuan seseorang dipengaruhi oleh hati nya.

Berkaitan dengan penyakit ini, Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai bagaimana penyakit ini datang ketika orang lain memperoleh kenikmatan. Orang punya kendaraan baru, dia tidak senang. Orang berhasil dalam usahanya, dia tidak suka dan lain sebagainya. Dari keadaan seperti ini, biasanya timbul nafsu menggebu-gebu supaya bisa memperoleh hal yang sama seperti yang diperoleh orang tersebut. Tidak peduli bagaimana cara nya. Halal haram hantam. Atau bila tidak sanggup mencapai nya, kabar yang belum benar pun di gossip kan misal,  hasil yang diperoleh orang tersebut secara inilah atau secara itulah.

Disini lah iri hati menimbulkan ketidaktenteraman. Hidup begitu sesak karena hati yang panas. Ketidaktenteraman ini bukan saja bagi diri nya sendiri akan tetapi berimbas kepada orang lain seperti hubungan kemasyarakatan  menjadi tidak harmonis.

Iri hati tidaklah dibenarkan dalam Islam kecuali iri hati dalam kebaikan. Bila orang lain rajin beramal sholeh, maka seharusnya kita pun melakukan nya. Itulah anjuran berlomba-lomba dalam kebaikan dan taqwa. Tapi dengan syarat tidak boleh kebaikan itu dilandasi dengan Riya’ (Pamer). Ingat dalam sebuah hadis yang menceritakan seseorang yang ingin masuk surga karena kebaikan yang dilakukan didunia seperti menuntut ilmu, jihad fi sabilillah dan bersedekah akan tetapi karena dilandasi untuk mendapat pujian orang lain maka bukan surga yang didapatkan akan tetapi dilempar ke neraka.

Dalam Islam dianjurkan kepada kita untuk selalu memberikan kegembiraan kepada orang lain. Bila belum bisa, jangan jadikan kegembiraan orang lain menjadi dosa bagi diri kita dengan sifat iri hati tersebut. Bukan kah disitu ada ladang pahala yang harus kita raih. Bagaimana cara nya?. Ikut bergembira dan mengucapkan selamat itulah yang harus kita lakukan.

Bukankah dalam Alqur’an, Allah swt selalu memberikan kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya (QS Az-zumar : 17-18), Tidakkah kita memperhatikan bagaimana  Allah memberikan kabar gembira kepada nabi Ibrahim akan  kelahiran anaknya Ismail (QS.as-shaffat :101).  Ataukah kita tidak melihat bagaimana nabi memberi kabar gembira kepada siti khadijah, abu bakar, umar, usman dan lainnya tentang surga.

Ikut bergembira dan mengucapkan selamat bila orang lain mendapat kegembiraan adalah jiwa seorang muslim. Adalah kesunah an yang harus kita laksanakan. Dari sinilah akan lahir hati yang tentram dan Hubungan social yang harmonis.

Wallohu ‘alam.


1 komentar: