Oleh : Abdul Rohim ( 21/10/2012)
Manusia
mempunyai sifat iri yang dalam bahasa
agama dikategorikan penyakit hati. Karena penyakit, tentu tidak baik untuk
kesehatan hati. Harus diobati yaitu dengan dikelola secara baik sehingga melahirkan kemaslahatan.
Sebagaimana
diketahui, bahwa hati merupakan pondasi utama dalam berinteraksi dengan
kehidupan. Baik buruknya kelakuan seseorang dipengaruhi oleh hati nya.
Berkaitan dengan
penyakit ini, Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai bagaimana
penyakit ini datang ketika orang lain memperoleh kenikmatan. Orang punya
kendaraan baru, dia tidak senang. Orang berhasil dalam usahanya, dia tidak suka
dan lain sebagainya. Dari keadaan seperti ini, biasanya timbul nafsu
menggebu-gebu supaya bisa memperoleh hal yang sama seperti yang diperoleh orang
tersebut. Tidak peduli bagaimana cara nya. Halal haram hantam. Atau bila tidak
sanggup mencapai nya, kabar yang belum benar pun di gossip kan misal, hasil yang diperoleh orang tersebut secara inilah
atau secara itulah.
Disini lah iri
hati menimbulkan ketidaktenteraman. Hidup begitu sesak karena hati yang panas.
Ketidaktenteraman ini bukan saja bagi diri nya sendiri akan tetapi berimbas
kepada orang lain seperti hubungan kemasyarakatan menjadi tidak harmonis.
Iri hati
tidaklah dibenarkan dalam Islam kecuali iri hati dalam kebaikan. Bila orang
lain rajin beramal sholeh, maka seharusnya kita pun melakukan nya. Itulah
anjuran berlomba-lomba dalam kebaikan dan taqwa. Tapi dengan syarat tidak boleh
kebaikan itu dilandasi dengan Riya’ (Pamer). Ingat dalam sebuah hadis yang
menceritakan seseorang yang ingin masuk surga karena kebaikan yang dilakukan
didunia seperti menuntut ilmu, jihad fi sabilillah dan bersedekah akan tetapi
karena dilandasi untuk mendapat pujian orang lain maka bukan surga yang
didapatkan akan tetapi dilempar ke neraka.
Dalam Islam
dianjurkan kepada kita untuk selalu memberikan kegembiraan kepada orang lain. Bila
belum bisa, jangan jadikan kegembiraan orang lain menjadi dosa bagi diri kita
dengan sifat iri hati tersebut. Bukan kah disitu ada ladang pahala yang harus
kita raih. Bagaimana cara nya?. Ikut bergembira dan mengucapkan selamat itulah
yang harus kita lakukan.
Bukankah dalam
Alqur’an, Allah swt selalu memberikan kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya (QS
Az-zumar : 17-18), Tidakkah kita memperhatikan bagaimana Allah memberikan kabar gembira kepada nabi
Ibrahim akan kelahiran anaknya Ismail
(QS.as-shaffat :101). Ataukah kita tidak
melihat bagaimana nabi memberi kabar gembira kepada siti khadijah, abu bakar,
umar, usman dan lainnya tentang surga.
Ikut bergembira
dan mengucapkan selamat bila orang lain mendapat kegembiraan adalah jiwa
seorang muslim. Adalah kesunah an yang harus kita laksanakan. Dari sinilah akan
lahir hati yang tentram dan Hubungan social yang harmonis.
Wallohu ‘alam.
siipppppppppp
BalasHapus