Senin, 22 Oktober 2012

Kebahagiaan Sejati Seorang Muslim


Oleh : Abdul rohim (21 okt 2012) pkl.20.30 WIB)

Kebahagiaan merupakan sesuatu yang sangat diharapkan setiap orang. Bagi seorang Muslim di manifestasikan dalam setiap do’anya yaitu kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akherat.




Kebahagiaan itu adalah bila apa yang kita cita-citakan menjadi kenyataan dengan kata lain Sesuatu yang selalu kita impikan hadir dalam dunia yang nyata. Bila kita selalu mengangan-angankan rumah idaman kemudian mampu kita bangun, itulah kebahagiaan. Bila kita menginginkan pekerjaan, kemudian kita dapatkan, itu juga kebahagiaan. Bila kita ingin kendaraan, karir yang mapan, usaha yang terus maju dan lain sebagainya kemudian berhasil kita raih, maka bisa dikatakan itulah kebahagiaan.

Kebahagiaan adalah  gejolak jiwa dimana kondisi  jiwa kita seperti melayang, melambung tinggi, begitu riang dan gembira. Bagi seorang muslim, kondisi seperti ini harus selalu dibarengi dengan ucapan syukur karena kebahagiaan itu semata-mata bukanlah sesuatu yang ia ciptakan sendiri akan tetapi ada sang pemberi, ada sang pencipta segala kebahagiaan dan kepada-Nyalah selayaknya terimakasih itu diungkapkan.

Dilarang keras sekali bagi seorang muslim untuk mengingkari setiap kebahagiaan ini, apalagi sampai melupakan bahkan meniadakan sang pemberi nikmat. Siksa yang sangat pedih adalah ancaman bagi pelaku yang mengabaikan ucapan syukur ini.

Kebahagiaan itu merupakan salahsatu Rahmat yang diberikan Allah swt kepada mahluk-Nya. Allah SWT tidak pernah pandang bulu dalam memberikan Rahmat-Nya. Apakah dia kaya ataukah miskin, Pejabat ataukah bawahan, Mukmin ataukah kafir dan lain sebagainya. Semuanya diberikan berdasarkan sunatulloh Nya.

Dari sinilah ada konsep sifat Allah SWT yaitu ‘Rahman’ dimana kasih sayang Allah swt itu diberikan kepada semua mahluknya tanpa pandang bulu. Dan ‘Rahim’ yang dikhususkan bagi orang-orang yang dalam kehidupannya menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Tentu kita harus menggaris bawahi bagaimana sifat Allah SWT diatas bisa membekas pada diri kita sehingga bisa kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Jangan hanya berada pada tataran ‘langit’ saja, yang hanya mengawang-awang tapi seharusnya membumi dan berinteraksi dengan realitas kehidupan manusia.

Haruslah di ingat bahwa hidup seorang muslim sejatinya adalah untuk menebarkan rahmat ini. melakukan sesuatu yang berguna bagi kehidupan. Dan tentunya juga tidak memilah dan memilih kebergunaan dia dalam kehidupan. Karena perintah Allah SWT konteksnya sudah jelas. Yaitu ‘ Rahmatan lil ‘alamin’. Semakin banyak dia memberikan manfaat dalam kehidupan, semakin tinggi juga kualitas ketaqwaanya.

Maka sangat disayangkan sekali, bila konsep ‘rohmatan lil ‘alamin’ ini tidak bisa kita pahami. Lebih-lebih bila hanya diinterpretasikan secara sempit seperti misalnya ‘Rohmatan li dinihi’,  ‘rohmatan li firqotihi’ atau Rohmatan li ‘a’ilatihi’. Ini tentu kurang benar, kurang pas dan tidak sejalan dengan ketetapan syariat Islam yang menganjurkan  rahmat secara global tanpa pembatasan.

Seorang muslim haruslah berusaha sekuat tenaga menciptakan rohmat ini untuk seluruh alam. Itulah cita-cita seorang muslim. Itulah harapan setiap muslim. Karena disitulah kebermaknaan nya dia hidup. Bila cita-cita atau harapan ini berhasil, maka itulah kebahagiaan sejati seorang muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar