Oleh : Abdul rohim (21 okt 2012) pkl.20.30 WIB)
Kebahagiaan merupakan sesuatu yang sangat diharapkan
setiap orang. Bagi seorang Muslim di manifestasikan dalam setiap do’anya yaitu
kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akherat.
Kebahagiaan itu adalah bila apa yang kita cita-citakan
menjadi kenyataan dengan kata lain Sesuatu yang selalu kita impikan hadir dalam
dunia yang nyata. Bila kita selalu mengangan-angankan rumah idaman kemudian
mampu kita bangun, itulah kebahagiaan. Bila kita menginginkan pekerjaan,
kemudian kita dapatkan, itu juga kebahagiaan. Bila kita ingin kendaraan, karir
yang mapan, usaha yang terus maju dan lain sebagainya kemudian berhasil kita raih,
maka bisa dikatakan itulah kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah gejolak jiwa dimana kondisi jiwa kita seperti melayang, melambung tinggi,
begitu riang dan gembira. Bagi seorang muslim, kondisi seperti ini harus selalu
dibarengi dengan ucapan syukur karena kebahagiaan itu semata-mata bukanlah
sesuatu yang ia ciptakan sendiri akan tetapi ada sang pemberi, ada sang
pencipta segala kebahagiaan dan kepada-Nyalah selayaknya terimakasih itu
diungkapkan.
Dilarang keras sekali bagi seorang muslim untuk
mengingkari setiap kebahagiaan ini, apalagi sampai melupakan bahkan meniadakan
sang pemberi nikmat. Siksa yang sangat pedih adalah ancaman bagi pelaku yang
mengabaikan ucapan syukur ini.
Kebahagiaan itu merupakan salahsatu Rahmat yang
diberikan Allah swt kepada mahluk-Nya. Allah SWT tidak pernah pandang bulu dalam
memberikan Rahmat-Nya. Apakah dia kaya ataukah miskin, Pejabat ataukah bawahan,
Mukmin ataukah kafir dan lain sebagainya. Semuanya diberikan berdasarkan sunatulloh
Nya.
Dari sinilah ada konsep sifat Allah SWT yaitu ‘Rahman’
dimana kasih sayang Allah swt itu diberikan kepada semua mahluknya tanpa
pandang bulu. Dan ‘Rahim’ yang dikhususkan bagi orang-orang yang dalam
kehidupannya menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Tentu kita harus menggaris bawahi bagaimana sifat
Allah SWT diatas bisa membekas pada diri kita sehingga bisa kita
implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Jangan hanya berada pada
tataran ‘langit’ saja, yang hanya mengawang-awang tapi seharusnya membumi dan
berinteraksi dengan realitas kehidupan manusia.
Haruslah di ingat bahwa hidup seorang muslim sejatinya
adalah untuk menebarkan rahmat ini. melakukan sesuatu yang berguna bagi
kehidupan. Dan tentunya juga tidak memilah dan memilih kebergunaan dia dalam
kehidupan. Karena perintah Allah SWT konteksnya sudah jelas. Yaitu ‘ Rahmatan
lil ‘alamin’. Semakin banyak dia memberikan manfaat dalam kehidupan, semakin
tinggi juga kualitas ketaqwaanya.
Maka sangat disayangkan sekali, bila konsep ‘rohmatan
lil ‘alamin’ ini tidak bisa kita pahami. Lebih-lebih bila hanya
diinterpretasikan secara sempit seperti misalnya ‘Rohmatan li dinihi’, ‘rohmatan li firqotihi’ atau Rohmatan li
‘a’ilatihi’. Ini tentu kurang benar, kurang pas dan tidak sejalan dengan
ketetapan syariat Islam yang menganjurkan
rahmat secara global tanpa pembatasan.
Seorang muslim haruslah berusaha sekuat tenaga
menciptakan rohmat ini untuk seluruh alam. Itulah cita-cita seorang muslim.
Itulah harapan setiap muslim. Karena disitulah kebermaknaan nya dia hidup. Bila
cita-cita atau harapan ini berhasil, maka itulah kebahagiaan sejati seorang
muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar