Minggu, 14 Oktober 2012

Menyikapi Fenomena Bulan Romadlon



By : Abdul Rohim
23 07 2012 pkl 23.30

Semarak kaum muslimin mengisi bulan romadlon begitu menggembirakan. Dimana-mana terlihat aktifitas yang cenderung berbeda dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Perbedaan ini berkaitan dengan aktifitas ibadah, tradisi masyarakat dan geliat perekonomian.



Berkaitan dengan ibadah, akan kita temukan bagaimana dibulan ini tampak peningkatan yang luar biasa. Masjid menjadi ramai dengan suara orang yang mengaji, shodaqoh atau pun berupa zakat sering kita saksikan dari para aghniya yang mengumpulkan masyarakat untuk membagi kan sebagian kecil hartanya secara langsung, shodaqoh berupa ta’jil (memberi makan kepada orang yang berbuka puasa) ataupun shodaqoh untuk yang mengaji selepas taraweh dijadual kan sedemikian rupa, pengajian-pengajian keagamaan baik yang berupa kultum atau pun pesantren-pesantren kilat diadakan, saling memaafkan antara satu sama lainnya baik dengan menggunakan fasilitas teknologi seperti HP dan internet ataupun secara langsung mengunjungi  orang yang dituakan dalam kerabatnya  dan aktifitas ibadah yang lainnya.

Mengenai budaya masyarakat, akan kita jumpai bagaimana ketika menyambut awal romadlon, sebagian masyarakat memotong ayam yang gunanya mengawali sahur dengan makanan yang bergizi dan supaya menambah selera makan sahur. Tradisi ini biasa kita sebut ‘punggahan’. Selain itu tradisi mendo’akan kerabat yang telah lebih dahulu dipanggil oleh Tuhan yang maha kuasa akan kita jumpai dalam masyarakat kita dimana mereka langsung datang ke pekuburan. Membersihkan pekuburan dan mendo’akan merupakan aktifitas yang ada didalamnya. Aktifitas lainnya seperti jogging selepas solat subuh dan ngabuburit sebelum menjelang berbuka puasa adalah tradisi yang tidak bisa dilepaskan di bulan romadlon ini.

Dalam perekonomian, akan kita jumpai bagaimana masyarakat begitu jeli dan kreatif dalam bisnis. Kuliner yang sulit kita temukan dibulan-bulan lain, menjelang bulan puasa begitu marak. Contoh kecil saja, timun suri yang biasa nya sulit kita temukan, dibulan puasa, akan begitu mudah didapatkan.

Cerita menarik dari ibu-ibu rumah tangga yang saya dengar, sebelum pemerintah memutuskan puasa jatuh pada tanggal 21 juli, tersiar kesimpang siuran awal romadlon jatuh apakah tanggal 20 ataukah 21. Namun, ternyata masyarakat pedagang  cendol berspekulasi bahwa awal puasa jatuh pada tanggal 20, yang kebetulan hari itu adalah hari pasar. Sudah menjadi tradisi, bahwa cendol adalah kuliner yang paling diminati untuk berbuka puasa dikampung saya. Otomatis, banyak masyarakat yang menjual cendol, namun karena banyak masyarakat yang memilih berpuasa pada tanggal 21 maka banyak sekali cendol yang tidak laku terjual.

Selain fenomena diatas, akan kita jumpai juga pasar-pasar kuliner dadakan menjelang berbuka puasa. Kreatifitas masyarakat dalam membuat kuliner patut dibanggakan. Baik itu berupa kuliner tradisional maupun modern. Ibu-ibu rumah tangga yang tidak mau repot memikirkan menu berbuka, bisa langsung membeli nya dipasar dadakan tersebut  karena harganya pun terjangkau.

Fenomena dibulan romadlon seperti yang ada diatas, tentunya harus dilandasi dengan niat untuk beribadah kepada Alloh SWT. Jangan sampai, Romadlon menjadi sia-sia karena niat kita yang salah.

Seyogyanya semua aktifitas kita dibulan ini, haruslah ditujukan untuk meningkatkan kulitas ketaqwaan kita kepada Alloh swt karena itulah tujuan utama berpuasa.

Berpuasa berarti menahan diri, mengendalikan hawa nafsu dan memenej nya menjadi lebih baik. Terlihat pertarungan antara nafsu syahwat yang cenderung jelek menuju nafsu yang diliputi rohmah.

Berkaitan dengan ini, selepas memenangkan perang badar, nabi pernah menyatakan ada peperangan yang lebih besar daripada perang ini yaitu ‘jihadu nafsi’ (memerangi nafsu kita sendiri).

Tidak menyederhanakan persoalan, biasanya kecendrungan nafsu manusia pada tiga tempat. Pertama  masalah Perut, kedua dibawah perut (nafsu sex) dan ketiga diatas perut (nafsu syahwat -keinginan, ambisi-).

Ketiga nafsu tersebut bukanlah harus dimusnahkan, akan tetapi bagaimana kita bisa memperlakukan nya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan.

Disinilah puasa, ibarat kawah condrodimuko kaum muslimin. Mereka ditempa dan dididik menjadi manusia yang sempurna (insanan kamilan). Berhasil atau tidaknya penempaan ini tergantung  bagaimana pribadi masing-masing dalam menyikapi dan mengimplementasikan proses pembelajaran ini. Karenanya akan kita jumpai, orang yang menyikapinya hanya sebagai rutinitas dari tahun ke tahun dan ada juga yang berusaha untuk mengimplementasikan pesan-pesan yang terkandung dalam ibadah puasa ini.

Dikatakan berhasil ibadah puasa ini bila ada perubahan sikap dan perbuatan selepas romadlon. Bila di bulan romadlon mereka sering bersedekah, mengkaji alqur’an, berbuat baik kepada sesama, berlaku jujur dan adil, sabar dan kebaikan-kebaikan lainnya maka selepas romadlon perbuatan tersebut tidak surut bahkan harus terus meningkat.

Semoga puasa kita bukan lah formalitas dan rutinitas tahunan saja, akan tetapi penggemblengan diri menuju insan yang bertaqwa. Amien..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar