Sabtu, 21 Juni 2014

CATATAN LKTI 2014 BAGI PENGHULU



CATATAN LKTI 2014 BAGI PENGHULU



Oleh : Abdul Rohim
 Pringsewu, 21 Juni 2014 pkl.14.00 WIB

Perhelatan akbar tahunan BIMAS ISLAM KEMENAG RI bagi penghulu tahun 2014 dilaksanakan pada 17-19 Juni 2014 di Hotel Aryaduta Karawaci Tangerang Provinsi Banten, menyisakan kenangan tersendiri bagi penulis yang mengikuti kegiatan tersebut. Betapa tidak, kita dikumpulkan dalam sebuah forum penghulu Se-Indonesia yang merupakan utusan-utusan dari pemenang di Provinsi masing-masing. Dalam kegiatan ini, kita diuji kompetensi dalam penulisan karya ilmiah maupun dalam membaca kitab kuning.


Penulis sendiri pun mengikuti lomba karya ilmiah setelah sebelumnya mengikuti lomba di tingkat provinsi lampung. Sebenarnya, penulis tidak menyangka bisa memenangkan kompetisi di tingkat provinsi ini dan mewakili provinsi Lampung ke tingkat nasional. Alasannya, pertama ; banyak senior-senior yang kapabilitas keilmuan, pengalaman kerja dan tingkat akademik yang lebih unggul. 

Kedua; dengan pengalaman yang banyak di dunia kepenghuluan, saya meyakini bahwa senior pasti bisa memetakan permasalan yang aktual didunia kepenghuluan sehingga lebih memudahkan dalam melakukan penelitian dan analisis masalah, dan ketiga; waktu yang hanya beberapa minggu (sekitar 4 Minggu) dengan kewajiban peserta untuk menulis dua makalah ilmiah yaitu makalah wajib dengan tema-tema yang telah ditentukan dan makalah bebas tentang kajian kepenghuluan, tentu menyulitkan penulis dalam mengkaji dan menganalisis permasalahan penelitian secara mendalam. 

Kenapa seperti itu ? sebab dengan dua makalah yang harus dibuat - apalagi penulis sebagai penghulu yang biasa dilapangan- tentu tidak terbiasa bila harus bersentuhan dengan dunia akademik yang harus mengikuti prinsip-prinsip ilmiah seperti  obyektif, sistematis, dapat dipertanggung jawabkan tulisan tersebut dan lain sebagainya. Kesulitannya adalah untuk mencari inspirasi judul permasalahan penelitian yang orisinil dan aktual, referensi maupun data-data empiris yang harus disajikan didalam makalah.

Ketiga alasan inilah yang membuat penulis pesimis untuk bisa meluncur ketingkat selanjutnya, namun tentu penulis bersyukur karena ternyata bisa menyelesaikan kompetisi di tingkat provinsi ini dan mendapat rekomendasi dari kanwil kemenag provinsi Lampung untuk mengikuti lomba ketingkat Nasional.

Bagi penulis, menulis karya ilmiah itu lebih sulit daripada menulis opini, artikel, esay ataupun lainnya. Karena menulis karya ilmiah itu ada aturan-aturan ilmiah yang harus dijalankan. Kalau menulis opini tentu tidak ‘seribet’ itu karena kita cukup menyajikan fakta yang ada kemudian mengomentarinya. 

Karenanya dengan waktu yang hanya sekitar empat minggu ini, perlu kerja ekstra keras untuk menyelesaikan dua karya ini. Bayangkan saja, untuk menulis satu skripsi atau satu tesis saja kita membutuhkan waktu berbulan-bulan, apalagi ini harus menulis dua karya ilmiah dengan ketentuan yang telah ditetapkan, terlebih lagi kita penghulu tidak terbiasa bergelut didunia akademik tentu kita akan kepayahan menyelesaikannya. Bisa saja cepat selesai kalau copy paste (kopipeis) atau plagiat, tapi tentu itu tidak dibenarkan karena dalam dunia akademik kejujuran karya itu yang lebih diutamakan karena nya lahir sebuah ungkapan didunia akademik bahwa lebih baik menghasilkan produk yang tidak masuk akal daripada harus plagiat.

Untuk menyiasati waktu yang sedikit itu, penulis menggunakan kajian pustaka sebab bila penelitian lapangan, membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Anggapan penulis, bahwa mana mungkin dengan waktu satu bulan bisa meneliti ke lapangan apalagi cakupannya itu luas- satu kabupaten misalnya- , walaupun hanya menyajikan sampel-sampel saja tapi tetap sulit bagi penulis untuk melakukannya . Mungkin bisa bagi yang sudah terbiasa melakukan penelitian ilmiah karena mereka akan cepat dalam menuliskan analisis masalah.
Bisa juga sebenarnya melakukan penelitian survey, asal punya biaya yang cukup. Karenanya menurut penulis yang murah meriah adalah penelitian pustaka. Kita tidak perlu keluar rumah, hanya butuh data-data pustaka yang kita analisis.

 karenanya penulis mempertimbangkan faktor waktu dan biaya tersebut. Kebetulan penulis punya soft ware Maktabah Tsamilah, yang berisi ratusan referensi yang ditulis oleh ulama-ulama klasik abad pertengahan, jadi, penulis tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak untuk mencari referensi, tinggal klik sesuai permasalahan langsung keluar dech berdasarkan kajian yang kita tulis.

Jadi, Judul Apa Yang Penulis Kaji?

Dalam lomba karya tulis ilmiah bagi penghulu tahun 2014 ini, ada dua karya yang harus ditulis dan dipresentasikan yaitu tema wajib dan tema bebas. Tema wajib sudah ditetapkan oleh BIMAS ISLAM, yaitu ada tiga tema sebagai berikut : Upaya mewujudkan layanan nikah yang Profesional, Bersih dan Akuntabel; Peran KUA dalam mewujudkan masyarakat yang agamis dan berakhlakul karimah; Desain pendidikan pra nikah menuju terbentuknya keluarga sakinah mawaddah warahmah. Adapun tema bebas kita sendiri yang menentukan tentang kajian hukum munakahat, studi kebijakan dan kajian hukum positif.

Nah, untuk tema wajib, penulis mengambil tema nomor satu yaitu Upaya mewujudkan layanan nikah yang Profesional, Bersih dan Akuntabel. Fokus penelitian penulis pada Urgensi manajemen Pengelolaan Pengaduan Layanan Nikah, dilatarbelakangi bahwa Indeks Integrasi Nasional yang dilansir KPK tahun 2012 menempatkan KUA pada posisi dibawah rata-rata karena dalam pelayanannya terindikasi suap (gratifikasi) sedangkan masyarakat cenderung melaporkan pengaduannya lewat media. Karenanya perlu sebuah manajemen pengaduan layanan nikah yang sampai saat ini peraturan tentang pengaduan masyarakat (dukmas) di kemenag belum terbit, padahal dalam undang-undang No 25 tahun 2009 bahwa setiap penyelenggara wajib mengadakannya.

 Kemudian untuk tema bebas, penulis mengambil judul tentang ‘ analisis terhadap motivasi resepsi pernikahan dalam perspektif hukum islam’ dilatarbelakangi oleh masyarakat yang melakukan resepsi pernikahan secara mewah dan dipaksakan.

Dengan kedua judul itulah, yang membawa penulis untuk mempresentasikan di tingkat nasional. Walaupun sebenarnya penulis menyadari bahwa kajian tersebut jauh dari sempurna karena banyak faktor yang melatarbelakangi seperti yang diungkapkan penulis diatas.

Di Tingkat Nasional

Ketingkat nasional, saya dan H.Yusroni LC (Juara 2 MBQ Tingkat Nasional 2014) , didampingi oleh Kasi Kepenghuluan Prov. Lampung ( H. Akhor Wiwit Sudiono) dan Kasi Pemberdayaan KUA Prov. Lampung  (H.Said Karimin). Nah, sebenarnya tulisan ini ada, karena penulis dan pak Yusroni sepulang dari lomba tingkat nasional ini berdasarkan instruksi oral dari kasi kepenghuluan prov. Lampung akan diberikan waktu untuk mempresentasikan peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi dan apa saja yang harus disiapkan untuk lomba tahun besok (2015). Itupun kalau dianggarkan pemerintah, tapi sepertinya akan menjadi program wajib bagi pemberdayaan penghulu. Sebagai catatan untuk MBQ bagi Penghulu sudah 4 kali dilaksanakan dan LKTI Penghulu baru 2 kali. Adapun Rencana dipresentasikan pada pelatihan karya tulis bagi penghulu besok minggu 22-24 Juni 2014.

Karena penulis mengikuti lomba karya tulis, penulis juga mencoba mempresentasikannya lewat tulisan, karena bisa jadi kalau lewat oral, tidak bisa terserap semua atau bahkan lupa. Karena ada ungkapan bahwa ilmu kalau tidak di ikat akan lupa, mengikatnya itu ya dengan tulisan.

Teknik Presentasi nya Bagaimana?

Dalam presentasi, kita hanya diberikan waktu 5 menit untuk menyajikan seluruh hasil penelitian kita. Setelah itu dewan juri yang terdiri dari 4 (empat) orang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mengomentari penelitian kita. Kemudian kita menjawab pertanyaan dewan juri tersebut.

Melihat teman-teman penghulu dalam presentasi memang luar biasa bagusnya. Seluruh teknik pembuatan media pembelajaran dalam bentuk microsoft power point maksimal dipergunakan. Data-data pada latar belakang masalah dibuat grafik sehingga lebih memudahkan dalam menyampaikan informasi. Selain itu juga, ada teman-teman penghulu yang menggunakan pena presentasi, sehingga lebih nyaman dalam menyajikan hasil penelitiannya karena tidak perlu mengklik dari laptop.

Yang perlu diantisipasi juga adalah kendala teknis dari laptop panitia ataupun laptop kita karena bisa jadi kita telah membuat media presentasi, tapi tidak bisa digunakan. Hal itu menjadi pengalaman penting, karena ketika saya presentasi, laptop nya langsung tidak bisa beroperasi,dan cukup lama juga dewan juri menunggu, sehingga dewan juri mempersilahkan saya presentasi  tanpa menggunakan media. Kenapa penting diantisipasi?  karena penggunaan media presentasi merupakan salahsatu penilaian dari juri.

Apa Saja Pertanyaan Dewan Juri?

Dari komentar-komentar dewan juri  tingkat nasional, ada beberapa point yang saya tangkap;

Pertama ; Aspek orisinalitas karya. 

Artinya bahwa dewan juri mengejar pertanyaan tentang orisinalitas karya seperti menanyakan tentang sumber primer dan sumber sekunder dari penelitian. Karenanya bukti-bukti empiris harus kita sajikan secara benar. Kalau itu bukti empiris nya berdasarkan pustaka berarti kita harus menyajikannya dari sumber primer. Kalau bukti empiris nya berdasarkan wawancara maka kita sajikan juga pertanyaan-pertanyaan wawancara tersebut kepada siapa dan tanggal berapa berikut list pertanyaannya.

Selain itu juga, orisinalitas disini berkaitan dengan tema yang diajukan. Kalau tema tersebut menurut dewan juri belum pernah ada yang membahasnya atau yang menelitinya, maka sepertinya dewan juri semangat untuk mengejarnya dengan berbagai pertanyaan.

Kedua; Aspek Metodologi Penelitian.

Aspek metodologi penelitian ini juga yang sering ditanyakan dewan juri. Seperti misalnya tentang apakah penelitian tersebut kualitatif atau kuantitatif. Karena ada juga peserta yang judul penelitiannya itu kuantitatif tapi dalam pembahasannya kualitatif. Nah disini perlu diperhatikan, Dalam komentarnya dewan juri, Judul yang diawali dengan Hubungan, Pengaruh,  dan lain sebagainya yang menunjukan angka-angka itu penelitianya kuantitatif karena itu jawabanyapun kuantitatif seperti ada hubungan sebesar segini, ada pengaruh sebesar segitu. tapi kalau peran, implementasi dan lain nya itu menunjukan kualitatif.

Ketiga ; Antara rumusan masalah dan kesimpulan harus berkaitan.

Ini juga sering ditanyakan, karena banyak juga perserta yang rumusan masalahnya seperti ini, jawaban dari rumusan masalah nya lain. Karenanya kesimpulan yang kita buat, haruslah menjawab terhadap rumusan masalah yang diajukan.

Keempat; Rekomendasinya harus jelas

Pada point ini, dewan juri sering mempertanyakan apa rekomendasi yang penting untuk kemenag pusat sehingga bisa menjadi kajian dan kebijakan kami dipusat. Karenanya, peneliti harus memberikan rekomendasi yang jelas berdasarkan kajian dilapangan bahwa faktanya seperti ini dan harusnya seperti ini.

Kelima ; Penelitian Lapangan Lebih Utama

Melihat juara-juara yang ada ditingkat nasional dan dari komentar dewan juri, penelitian lapangan lebih diutamakan. Sampai-sampai ada teman yang komentar, “ loh, kok yang menang tidak sesuai dengan tema wajib yang sudah ditetapkan”. Menurut saya Ini bisa dipahami, karena penelitian lapangan memang lebih sulit karena menguras waktu dan biaya. Bisa jadi, memang sudah disiapkan penelitian nya tersebut jauh-jauh hari, sehingga ketika ada pelaksanaan lomba, baru dipresentasikan. Karena seandainya dengan waktu yang terbatas, akan sulit untuk menyelesaikan penelitiannya tersebut. Selain itu, penilaian kesesuaian antara tema yang ditetapkan hanya sebagian saja dari point-point penilaian. Artinya walaupun tema yang diangkat tidak sesuai, tidak menyebabkan peserta di diskualifikasi, bisa jadi kecil di point ini, namun di point penilaian yang lainnya besar.

Karenanya penelitian yang mengangkat tentang problematika kepenghuluan yang ada dimasyarakat daerah kerjanya penghulu, merupakan peluang besar untuk diteliti dan direkomendasikan kepada pemangku kebijakan dipusat.

Keenam; Latar Belakang Masalah Harus Logis Berdasarkan Fakta Yang Bisa Dibuktikan

Banyak juga dewan juri berkomentar tentang penulisan latar belakang penelitian, Kadang tidak berurutan, tidak jelas, tidak ada fakta atau data dan lain sebagainya. Ujug-ujug langsung masuk ke pentingnya penelitian. Nah, disinilah peneliti harus bisa mengelola kata-kata dan fakta yang ada sehingga menghasilkan masalah dan pentingnya penelitian.

Ketujuh ; Penulisan Teks Arab

Dalam penulisan, memang banyak yang dikomentari tentang penulisan arab yang kadang berupa lambang atau salah huruf. Mungkin karena ada dewan juri yang menjabat sebagai anggota lajnah tashih al-qur’an, sehingga perlu menjaga orisinalitas Al-qur’an. Menurut penulis sendiri, ini bisa jadi karena ketika panitia nge-print tidak ada microsoft arab-nya, sehingga ketika di print, teks arab yang tadinya benar jadi salah. Karenanya, perlu diantisipasi oleh peserta untuk mengirimkan e-mail kepada panitia itu dalam bentuk PDF, sehingga tulisan arab kita tidak amburadul (berubah).

--------000------------

Ketujuh point diatas yang bisa dirangkum penulis, tentu masih banyak lagi komentar-komentar dari dewan juri yang belum bisa disampaikan disini, yang jelas seperti itulah gambaran ketika penulis mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah Bagi Penghulu Tingkat Nasional, semoga tulisan ini bisa menjadi bahan persiapan bagi teman-teman penghulu untuk perlombaan tahun depan, sehingga menghasilkan karya yang terbaik diantara yang baik.

Tentu jangan menunggu tahun depan untuk melakukan penelitian, dari sekarang pun tidak ada salahnya kita untuk memulai penelitian, Karena problematika kepenghuluan dimasyarakat sangat banyak yang perlu kita kaji secara ilmiah dan solusi secara ilmiah juga. Disinilah sebenarnya esensi perlombaan tersebut, dimana penghulu mempunyai beban moral dan beban ilmiah untuk menjalankan tugas dan menyelesaikan permasalahan kepenghuluan. Bukankah penghulu yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat? Sebagai Ujung tombak kementerian agama? Bukankah dalam peraturan juga, aspek tulisan merupakan aspek pendukung dari angka kredit penghulu? Bagaimana jadinya bila penghulu minim dalam kualitas kepenghuluannya?.

Bagi saya pun, pengalaman ini menjadi pengalaman yang berharga dimana hampir 5 tahun berkarir di dunia kepenghuluan. Walaupun toh tidak bisa menembus peringkat nasional, namun pengalaman inilah menjadi pelecut untuk terus mengkaji dan tidak bosan untuk menulis nya dalam catatan harian.

Kedepan memang perlu dikembangkan bagi penghulu untuk secara intens membuat tulisan dari hasil-hasil kajian penghulu. Mungkin semacam forum penulis penghulu dimana forum tersebut bisa menghasilkan produk berupa buku, jurnal, majalah atau lainnya yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat. Dengan forum ini, mau tidak mau penghulu dituntut untuk membaca dan membaca sehingga kemampuan akademis nya bisa lebih matang. Semoga.







7 komentar:

  1. kayak nya saya kenal dengan prof. bidang kepenghuluan satu ini... salam kenal prof..

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum Wr. Wb. pas banget ... super sekali ... saya juga peserta dari NTB waktu itu. dengan membaca ini rasanya seperti mengenang masa yang telah lalu ... salam kenal ya (Ahmad Syukri, Penghulu KUA Lape Kab. Sumbawa-NTB)

    BalasHapus
  3. Ilmu dan pengalamannya sangat bermanfaat untuk penghulu-penghulu yang akan mengikuti kegiatan serupa...

    BalasHapus
  4. Ilmu dan pengalamannya sangat bermanfaat untuk penghulu-penghulu yang akan mengikuti kegiatan serupa...

    BalasHapus